Sabtu, 23 Mei 2015

lapora praktikum aves



BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Jenis-jenis burung telah lama dikenal oleh masyarakat walaupun tidak semua jenis burung, akan tetapi kecintaan dan perhatihan masyarakat terhadap jenis burung liar yang sangat begitu kurang. Begitu juga peneliti-peneliti dan hobi mengamati burung di alam belum dilakukan di negara kita (Iskandar, 1989).
Indonesia merupakan negara keempat di dunia yang memiliki keanekaragaman jenis burung setelah Columba dan Peru. Menurut penelitian jenis-jenis burung di Indonesia ini sangat luar biasa, terdapat 1531 jenis burung, 381 jenis diantaranya adalah endemik. Sumatra merupakan salah satu pulau yang sangat kaya dengan jenis burung setelah Irian Jaya. Di Sumatra terdapat 464 jenis burung, 138 jenis diantaranya juga dijumpai di kawasan Sunda, 16 jenis burung hanya ditemui di Pulau Jawa dan Sumatra, dan 11 jenis di Kalimantan dan Sumatra. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa burung memiliki kekayaan jenis yang tinggi. Untuk itu penting bagi kita mempelajari cara mengamati dan mengidentifikasi burung (Iskandar, 1989).
Burung merupakan salah satu kelas hewan vertebrata yang memiliki bentuk tubuh yang khas sehingga dengan bentuk tubuh tersebut kelompok hewan ini terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya memperbanyak habitat di permukaan bumi. Mengenai jumlah jenisnya di dunia, ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ada 9000 jenis dan ada pula yang menyatakan sebanyak 8900 jenis, serta juga ada yang menyatakannya sebanyak 8805 jenis yang tersebar pada berbagai tipe habitat, mulai dari pinggir pantai hingga pegunungan. Bahkan beberapa jenis ada yang mampu berbiak pada ketinggian 6000 m dari permukaan laut. Kelas aves terbagi dalam dua subkelas yaitu Archeonithes dan Neornithes yang terdiri dari 32 ordo dan 174 famili. Di Indonesia telah dijumpai sebanyak 1539 jenis, 381 diantaranya merupakan endemik Indonesia. Sementara di sumatera telah tercatat sebanyak 600 jenis (Tim Taksonomi Hewan Vertebrata, 2009).
Kata Aves berasal dari kata Latin yang dipakai sebagai nama kelas, sedang Ornis dari bahasa Yunani, dipakai dalam “Ornithology” berarti ilmu yang mempelajari burung-burung. Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal orang karena dapat dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari dan unik dalam memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Aves juga mampu diternakkan sehingga dapat meningkatkan peluang usaha bagi masyarakat.
Aves merupakan satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup unik dengan memiliki bulu dan berbagai macam tipe kaki. Bulu adalah modifikasi dari sisik yang berkembang secara evolusioner dari reptilia. Jantung burung terdiri dari empat ruang dan tergolong hewan berdarah panas. Semua burung menggunakan paruh dan tidak memiliki gigi. Struktur modifikasi untuk terbang meliputi tulang lengkung, rangka apendikular depan berubah menjadi sayap, kantung udara, mata yang lebar, dan cerebellum yang berkembang dengan sangat baik.
Kerabatnya terdekat, suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
B.           Tujuan
Adapun tujuan dari praktiku burung merpati (Columba livia) ini adalah utuk mengetahui morfologi dan anatomi pada aves.
C.          Waktu dan Tempat
Hari/tanggal       : Senin/19 Agustus 2013
Pukul                  : 09.00 – 13.00 WITA
Tempat               : Rektorat Unsulbar ruangan tujuh



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Burung atau aves adalah salah satu kelompok yang paling banyak dan paling terkenal di dunia. Mereka berdarah panas seperti mamalia tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan reptil, mereka berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dulu bernenek moyang dari fosil burung pertama, yaitu Archaeopteryx (Mac Kinnon, 1991).
Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya (Mukayat, 1990).
Anggota kelas aves memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, sehingga hewan ini mampu bertahan dan berkembang biak pada suatu tempat. Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan yang efisien. Yang paling utama di antara semuanya adalah sayap. Meskipun sekarang sayap itu memungkinkan burung untuk terbang jauh mencari makanan yang cocok dan berlimpah, mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu hewan ini lolos dari pemangsanya. Adanya burung-burung yang tidak memiliki sayap yang hidup di Antartika, Selandia Baru dan daerah-daerah lain yang jarang ada pemangsanya membuktikan hal ini (Kimball, 1983).
Kelas aves memiliki kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang mendahuluinya dalam hal; 1. Tubuh mempunyai penutup yang bersifat isolasi, 2. Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi pada jantung, 3. Pengaturan suhu tubuh, 4. Rata-rata metabolisme aves tinggi, 5. Mempunyai kemampuan untuk terbang, 6. Suaranya berkembang dengan baik, 7. Menjaga anaknya dengan baik dan cara khusus (Jasin, 1992).
Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan efisien. Yang paling utama dari semua ini tentu saja adalah sayap. Meskipun sekarang sayap itu bisa memungkinkan burung untuk terbang jarak jauh untuk mencari makanan yang cocok dan berlimpah. Mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu mereka meloloskan diri dari pemangsanya (Kimball, 1999).
Adanya bulu pada burung merupakan karakter spesifik yang menunjukkan jenis burung. Sayap merupakan adaptasi dari burung yang jelas untuk terbang. Merupakan airfoil yang menggambarkan prinsip aerodinamika. Sisik pada kaki burung merupakan sisa evolusi dari reptil. Bulu adalah salah satu adaptasi vertebrata yang paling luar biasa karena sangat ringan dan kuat. Bulu terbuat dari keratin, protein yang juga menyusun rambut dan kuku pada mammalia dan sisik pada reptilia. Pertama kali, burung merupakan hewan yang memiliki sayap sebagai penyekat selama evolusi hewan endoterm, setelah itu baru dimanfaatkan sebagai peralatan terbang. Selain itu bulu juga dapat dimanipulasi untuk mengntrol pengerukan udara di sekitar sayap (Kimball, 1999).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin. Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam) (Anonymous, 2010).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Pada bagian mulut terdapat bagian yang terproyeksi  sebagai paruh ( Rostrum) yang terbentuk oleh maxila pada ruang bagian atas  dan mandibula  pada ruang bagian bawah. Pada bagian luar dari rostrum dilapisi oleh pembungkus zat tanduk dan pada kelompok  burung Neornithes tidak bergigi. Tubuhnya dibungkus oleh kulit, pada kulit terdapat bulu yang merupakan hasil derivat epidermis menjadi bentuk yang ringan, fleksibel, dan sebagai sebagai pembungkus tubuh yang sangat resisten (Jasin, 1992).
Burung pada umumnya mempunyai kulit yang tipis, mengandung keratin sedikit sekali. Hubungan dengan jaringan yang ada disebelahnya tidak erat. Struktur tambahan dari kulit ialah bulu mengalami penandukan kuat sekali. Bagian bawah kaki dan jari, ditutupi oleh sisik tanduk yang terdapat pada Archosauria dan ini mengelupas. Paruh juga mengalami penandukan (Djuhanda, 1983).
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur  burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo  dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil. Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. (Anonymous, 2010).
Walaupun kebanyakan burung mampu terbang, terdapat beberapa spesies yang tidak mapu terbang seperti burung penguin, unta, rea, emu, kiwi, dan lain-lain. Burung adalah oviparous atau bertelur, kadang kala kedua pasangan akan bergilir (penguin) dan dalam setengah spesies burung hanya burung jantan yang akan mengerami telur. Terdapat juga spesies burung yang bertelur dalam sarang burung burung lain untuk dieramkan oleh burung lain (Jasin, 1992).
Burung ada pula yang memiliki cakar tajam untuk mencengkram mangsanya, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan sarasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek mangsa. Tipe-tipe cakar ini merupakan adaptasi dari pengaruh habitat dan fungsinya. Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya saja cangkangnya lebih keras karena mengandung zat kapur. Burung kebanyakan mengerami telurnya, tapi ada beberapa jenis burung yang menimbunnya dalam pasir atau sarasah seperti burung Maleo dan burung Gasong. Sebagai ganti mengerami telur burung-burung ini mengandalkan panas bumi dan fermentasi dari sarasah/sampah yang membusuk persis seperti yang dilakukan kebanykan reptil (Djuhanda, 1983).
Untuk mengidentifikasi burung, warna merupakan cara identifikasi utama, kemudian dilanjutkan dengan melihat pola warna bulu-bulu burung tersebut. Pengklasifikasian lebih lanjut perlu diketahui ukuran, keistimewaannya, ciri-ciri khusus, tingkah laku, cara terbang, dan tempat burung tersebut ditemukan (Mackinnon et.al, 1998).
Burung merupakan tentrapoda yang cepat dikenal, karena anggota kelas ini karakter- karakternya paling homogeny dibanding kelas- kelas lain. Tak ada satupun binatang yang memiliki bulu, selain golongan Aves. Oleh sebab itu, tak dapat di pungkiri dengan adanya tubuh yang ditutupi oleh bulu dan memiliki kemampuan terbang, burung bisa menempati berbagai habitat bahkan melakukan migrasi dari satu tempat ke tempat yang sangat jauh. Keindahan bulu burung, suaranya yang merdu, perilaku- perilaku menarik lainnya, bahkan dagingnya yang banyak di konsumsi merupakan alasan lain golongan burung mudah dikenal dalam kehidupan manusia (Adeng, 2007).
Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptile (Harun, 2009).
Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur. (Harun, 2009).
Anak-anak burung yang baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan. Anak burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada pula yang sudah mampu terbang (Harun, 2009).
Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung manyar jantan memikat pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan dibuang atau ditinggalkannya (Jasin, 1992).
Karakteristik Umum Aves
1.            Tubuh tertutup dengan bulu.
2.            Dua pasang anggota gerak, sepasang anterior umumnya mengalami modifikasi menjadi sayap untuk terbang, sepasang di posterior diadaptasikan untuk berjalan, bertengger atau berenang. Kaki berjari empat, tulang kering dan cakar terbungkus sisik dengan kulit yang menanduk.
3.            Ranka ringan, kuat, osifikasi sempuran, beberapa tulang berfusi menimbulkan kekakuan, mulut dengan paruh yang menonjol di seliputi zat tanduk, tidak bergigi pada burung yang hidup sekarang, tengkorak dengan satu “occipital condyle” yang berartikulasi dengan vertebra leher, leher umunya panjang dan fleksibel, pelvis bersatu pada sejumlah vertebra, tulang dada membesar umumnya dengan bagian tengah membentuk “keel” (lunas), vertebra ekor sedikit dan mampat kea rah posterior.
4.            Jantung dengan 4 ruang pompa (2 atrium, 2 ventrikel yang terpisah), hanya ada lengkungan aorta kanan (sisternik), sel darah merah berinti, oval dan biconvex.
5.            Respirasi dengan paru- paru yang kompak (tersusun rapat) dan sangat efesien melekat ke tulang rusuk dan berhubungan dengan kantung- kantung udara yang berdinding tipis tersebar di antara organ- organ internal dan sebagian didalam rangka, terdapat kotak suara (syrinx) didasar trakea.
6.            Dua belas pasang saraf kranialis.
7.            Ekresi dengan ginjal metanefros, sampah nitrogen utama berupa asam urat, urin semisolid, tidak ada kantung kemih (kecuali pada Rhea dan burung unta), terdapat system porta renalis.
8.            Suhu tubuh pada dasarnya konstan (endodermis).
9.            Fertilisasi internal hewan betina umumnya dengan hanya ovarium dan oviduk sebelah kiri, telur dengan banyak yolk (megalistial/telolisitial ekstrim) ditutupi oleh cangkang yang keras , diinkubasi diluar tubuh, segmentasi meroblastik, terdapat membrane ekstraembrio (amnion, khorion, kantung yolk dan allantois) selama perkembangan di dalam telur, hewan muda yang baru menetas dijaga induknya.

Sitem Respirasi Aves
Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara yang sepenuhnya berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai contoh, burung tertentu bisa memerlukan dua puluh kali jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Karenanya, paru-paru hewan menyusui tidak dapat menyediakan oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan burung. Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan dengan rancangan yang jauh berbeda (Harun, 2009).
Pada hewan menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran, dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon dioksida terjadi di sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah berlawanan meninggalkan paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan.Sebaliknya, pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi (Harun, 2009).
Sistem Pencernaan Pada Aves
Organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Sistem Urogenital
Alat ekskresi berupa ren yang relatif besar, bewarna merah coklat, tertutup oleh peritonium (retroperitonial). Tiap-tiap ren terbagi atas 4 lobi. Dari dataran ren adalah ventral keluar ureter yang sempit menuju ke cauda dan berakhir pada cloaca. Daeah yang berasal dari arteri renalis akan disaring secara filtratis. Zat-zat yang tidak berguna dalam darah terutama berupa ureum akan dibuang dalam proses filtrasi ini (Jasin,1992).
Pada hewan jantan terdapat sepasang testis yang bulat berwarna putih, melekat di sebelah anterior dari ren dengan suatu alat penggantung. Testis di sebelah kanan lebih kecil dari pada yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur saluran vasa diferensia sejajar dengan ureter yang berawal dari ren. Pada sebagian aves, memiliki vesicula seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar dan bagi tempat menampung sementara sperma sebelum dituangkan melalui pupil yang terletak pada kloaka. Pada hewan betina terdapat sepasang ovari, hanya yang dekskum mengalami atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari menjulur oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cronial dengan bentuk corong. Lubang oviduct disebut ostium abdomanalis. (Jasin, 1992).


Sistem sirkulasi          
Pada aves, proses pengeluaran darah kotor dan bersih sudah terpisah dengan baik. Jantung terbagi dalam 4 ruang dan efisiensinya memungkinkan perkembangan suhu tubuh yang tetap (homeotermi). Ini memungkinkan laju metabolisme yang tinggi pada semua suhu lingkungan (Harun, 2009).
Sebagai sentral adalah cor, yang terletak di lenea mediana, berbentuk kerucut, diliputi oleh pembungkus pericardium. Terbagi atas empat ruangan: atrium sinistrum dan atrium dextrum, yang terpisahkan oleh septum atrium, vetriculum sinistrum dan ventriculum dextrum yang terpisah oleh septum ventriculum. Pada Aves tidak terdapat lagi vinus vinoses. Pembuluh darah dibedakan atas pembuluh darah arteriae dan pembuluh darah venae (Radiopoetro, 1996).
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Classis             : Aves
Subclassis        : Neornithes
Divisio             : Carinatae
Ordo                : Columbae
Familia            : Columbidae
Genus              : Columba
Species            : Columba livia






BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    Bahan
1.      Merpati/burung dara (Columba livia)
B.     Alat-Alat yang Digunakan
1.      Papan seksi (Gabus)
2.      Katter
3.      Silet
4.      Jarum pentul
5.      Pinset
C.    Cara Kerja
1.   Pengamatan bentuk luar
1.1.   Sebelum melakukan pengamatan  terlebih dahulu hewan disembeli.
1.2.   Hewan yang telah mati, meletakkan di atas papan seksi dan melakukan pengamatan pada bagian-bagian tubhnya:
Tubuh burung dapat dibagi atas bagian-bagian:
1.2.1.      Bagian kepala,disini terdapat:
a)   Paruh dari bahan tanduk
b)   Lubang hidung
c)   Mata dengan bagian-bagian-bagian:
·      Kelopak
·      Selaput kejap
·      Iris dan pupil
d)  Daun telinga
1.2.2.      Bagian badan
Hampir seluruh tubuh tertutup oleh bulu yang bermacam-macam.
Dikenal 3 macam:
a)      Plumae: bentuknya besar terutama pada sayap dan ekor
b)      Plumulae: tangkai bulunya lebih pendek dan kecil daripada plumae tetapi bendera bulunya lebar.
c)      Filoplumae: tangkainya sangat panjang di ujungnya terdapat bulu-bulu halus, tumbuh hamper diseluruh tubuh/badan tetapi jarang.
1.2.3.      Bagian anggota gerak
Anggota gerak depan (sayap) ditutupi bulu, sedang anggota gerak belakang berupa kaki, sehingga ditutupi bulu, sebagian ditutupi sisik
Amati bagian:
·      Paha
·      Betis
·      Telapak yang bersatu (pes)
·      Jari-jari (berapa?)
1.2.4        Bagian ekor
Ditutupi kemudi dan membandingkan dengan bulu sayap. Disini terdapat kelenjar besar, menonjol ke permukaan kulit, menghasilkan minyak untuk mengurapi bulu. 
2.   Pengamatan rongga mulut
2.1.   Membuka paruh dan melihat ke dalam rongga mulut!
Mencari dan mengamati bagian-bagian di bawah ini:
2.1.1.      Rahang bawah
2.1.2.      Rahang atas
2.1.3.      Lidah, bagaimana bentuk perlekatannya
2.1.4.      Lubang masuk ke larynk
2.1.5.      Lubang masuk ke saluran Eustachii
2.2.   Memasukkan jari dan meraba permukaan rongga mulut. Basah atau kering (punya kelenjar air ludah atau tidah).
3.   Pembedahan unutk melihat alat-alat dalam tubuh
3.1.      Meletakkan hewan pada punggungnya.
3.2.      Merentangkan sayap dan memfiksasi dengan jarum seksi
3.3.      Membuat irisan pada kulit di bagian garis pertengahan perut
3.4.      Melanjutkan irisan ini sampai batas kloaka dan arah kepala sampai batas pangkal leher (hati-hati jangan sampai melukai tembolok).
3.5.      Melepaskan kulit sampai dibagian sisi
3.6.      Memasukkan pipet minuman ke dalam rongga mulut/trachea dan tiup pelan-pelan. Mengamati adanya bagian mengembang (apa itu).
3.7.      Membuat guntingan melintang pada kulit sisi depan kloaka selebar 1 cm.
3.8.      Dari guntingan ini buat irisan kea rah dada sampai tulang dada.
3.9.      Membelokkan irisan ke sisi kiri dan kanan mengikuti lengkungan tulang dada kanan serta tulang dada (carina)
3.10.  Irisan tersebut di atas dilanjutkan dengan memotong tulang rusuk kiri da kanan serta tulang coracoids.
3.11.  Mengangkat tulang yang besar itu ke arah depan/kepala dengan hati-hati.
3.12.  Pada saat mengangkat tulang dada, memperhatikan kantong-kantong udara yang bening, yang mungkin terlepas.
3.13.  Setelah tulang dada terlepas dan dinding perut disishkan, akan terlihat alat-alat dalam sebagai berikut:
3.13.1.  Jantung, dalam pericardium
3.13.2.  Hati, merah coklat (hitung berapa lobus)
3.13.3.  Paru-paru, sebelah sisi jantung, merah muda, sebagian ternatam di sela-sela tulang rusuk
3.13.4.  Empedal, merah tua disamping kiri hati (hepar).
3.13.5.  Perut kelenjar, keputih-putihan lanjutan dari tembolok yang berhubunga  langsung dengan epedal.
3.13.6.  Usus dua belas jari (duodenum), melengkung (bentuk U) di antara lengkungan terdapat pankeras.
3.13.7.  Pancreas, mengamati dengan loupe.
3.13.8.  Batang tenggorok (trachea), saluran yang bercincin.
3.13.9.  Kerongkongan (oeshopagus), saluran di sebelah belakang tenggorokan, pada pangkal leher melebar membentuk tembolok.
3.13.10.          Tembolok, berhubungan dengan perut kelenjar.
3.14.  Jika alat-alat tersebut di atas telah ditemukan, membuat gambar secara skematis.  
4.   Sistem peredaran darah
4.1.   Menggunting pericardium dengan ujung gunting.
4.2.   Dengan kapas menyerap cairan pericardium di ujung pinset.
4.3.   Dengan loupe, mengamati bentuk dan bagian-bagian jantung:
4.3.1.   Bilik (kiri dan kanan), warnanya lebih tua.
4.3.2.   Serambi kiri dan serambi kanan, agak pucat warnanya sewaktu-waktu.
4.3.3.   Aorta yang keluar dari bilik kiri dan membelok ke kanan belakang.
4.3.4.   Vena cava, pembuluh balik yang masuk ke atrium kanan.
5.   Sistem pencernaan
5.1.      Menggunting dan mengangkat jantung
5.2.      Mengamati alat-alat pencernaan mulai dari rongga mulut sampai kloaka. Mencari dan mengamati kembali alat-alat sebagai berikut:
5.2.1.      Lidah, lembut atau keras?
5.2.2.      Pharink, berupa corong pendek, melanjutkan diri sebagai:
5.2.3.      Kerongkongan, pada pangkal leher melebar menjadi:
5.2.4.      Tembolok
5.2.5.      Perut kelenjar
5.2.6.      Empedal
5.2.7.      Duodenum (usus dua belas jari)
5.2.8.      Pancreas, salurannya bermuara pada duodenum
5.2.9.      Usus halus
5.2.10.  Usus buntu,, ada dua duah berupa tonjolan kecil pada pertemuan usus halus dengan usus besar
5.2.11.  Usus besar agak pendek
5.2.12.  Hati (ada berapa lobus?) kemudian timbang
5.3.      Melepaskan alat-alat tersebut di atas denganmemotong kerongkongan di daerah pharink dan ujung usus besar dekat kloaka.
5.4.      Mengatur kembali kedudukan alat tersebut sehingga mudah di gambar secara sistematis saluran-saluran yang dilalui makanan dari mulut sampaia kloaka.
5.5.      Membelah tembolok dan empedal unutk mengetahui jenis makanannya dan bentuk makanan dalam empedal.
6.   Sistem pernapasan
Sesudah alat-alat pencernaan diangkat, segera kelihatan alat-alat pernapasan yang terdiri atas:
6.1.   Larynk, yang bermuara di rongga mulut
6.2.   Trachea, saluran pernapasn yang tersusun dari cincin tulang rawan.
6.3.   Percabangan trachea agak membesar, disini akan terdapat:
6.4.   Syrinx, alat suara burung.
6.5.   Bronchus, cabang tenggorork pendek dan langsung masuk ke:
6.6.   Paru-paru, merah muda, menempel pada dinding belakang rongga dada, sebagian tertanam disela-sela tulang rusuk.
6.7.   Kantong udara, berpa kantong tipis yang berisi udara yang bermuara pada paruparu?.
7.   Sistem urogenitalia
Terletak di sebelah punggung alat-alat pencernaan. Mencari dan mengamati alat-alat sebagai berikut:
7.1.   Ginjal, disebelah ujung paru-paru yang ditutupi peritoneum.
7.2.   Ureter, saluran yang keluar dari ginjal menuju kloaka.
7.3.   Percabangan trachea
7.4.   Anak ginjal, dipermukaan ginjal, berwarna kuning.
7.5.   Jika preparat jantan, maka terdapat:
7.5.1.      Testis, sepasang bentuk bulat telur, besarnya tergantung pada masa birahinya.
7.5.2.      Vasa deferensia, saluran sperma, keluar dari testis bermuara bersama ureter pada kloaka.
7.6.   Jika preparat betina, maka akan terdapat:
7.6.1.      Ovarium, hanya terdapat disebelah kiri. Serupa tandan anggur dengan ovum (telur) sebagai ukuran.
7.6.2.      Oviduct hanya sstu disebelah kiri, berupa corong, ujung dekat ovarium, kemudian berkelok.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
1.      Morfologi Merpati
















2.         Anatomi Merpati



















B.           Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan merpati (Columba livia) dapat dilihat dengan jelas morfologi dan anatominya yaitu sebagai berikut :
Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Classis             : Aves
Subclassis        : Neornithes
Divisio             : Carinatae
Ordo                : Columbae
Familia            : Columbidae
Genus              : Columba
Species            : Columba livia
MORFOLOGI (Merpati)
1.      Caput (kepala), ditutupi bulu tipe filoplumae dan plumulae, terdiri dari:
a.       Rostrum (paruh), berukuran pendek, bentuknya lurus dan pipih, bagian atas agak panjang daripada bagian bawah, dan terbuat dari zat tanduk.
b.      Nostril (lubang hidung), jumlahnya sepasang dan terletak pada bagian atas paruh dekat pangkal.
c.       Organon visus (mata), jumlahnya sepasang, berukuran kecil, dan terletak di bagian lateral caput. Dilengkapi palpebra superior (kelopak mata atas), palpebra inferior (kelopak mata bawah), dan membran nictitans (kelopak mata ketiga).
d.      Porus acusticus extra (lubang telinga luar), jumlahnya sepasang dan terletak di bagian lateral caput.
2.      Truncus (badan), ditutupi bulu tipe plumae, plumulae, dan filoplumae, terdiri dari:
a.       Cervix (leher)
b.      Thorax (dada)
c.       Abdomen (perut)
d.      Dorsal (punggung)
e.       Kloaka, lubang saluran ekskresi dan urogenital.
3.      Extremitas (alat gerak), terdiri atas:
a.       Extremitas superior (sayap), jumlahnya sepasang, cukup lebar dan panjang, ditutupi bulu tipe plumae dan plumulae, terdiri dari branchium (lengan atas), antibranchium (lengan bawah), manus (telapak tangan), dan digiti (jari).
b.      Extremitas inferior (kaki), jumlahnya sepasang, agak pendek, ditutupi bulu tipe plumulae dan bagian bawah ditutupi squama (sisik), terdiri dari femur (paha), crus (betis), pes (telapak kaki), digiti (jari), dan falcula (cakar).
4.      Caudal (ekor), ditutupi bulu tipe plumae atau bulu kemudi, dan terdapat kelenjar minyak untuk mengurapi bulu.
5.      Bulu
a.       Plumae: terdiri atas calamus, umbilicus inferior, umbilicus superior, rachis, dan vexillum yang terdiri dari barbae, barbulae, dan radioli.
b.      Plumulae: terdiri terdiri atas calamus, umbilicus inferior, umbilicus superior, rachis, dan vexillum yang terdiri dari barbae dan barbulae
c.       Filoplumae: terdiri atas calamus, umbilicus inferior, umbilicus superior, rachis, dan barbae
ANATOMI (Merpati)
1.      Sistem sirkulasi, terdiri atas:
a.       Cor (jantung), berada dalam pericardia, beruang 4 yang terdiri dari atrium dextra (serambi kanan), atrium sinistra (serambi kiri), ventriculum dextra (bilik kanan), dan ventriculum sinistra (bilik kiri).
b.      Pembuluh darah berupa aorta yang keluar dari ventriculum sinistra, vena cava yang masuk atrium dextra, dan pembuluh lainnya.
2.      Sistem respirasi, terdiri atas:
a.       Trakea (tenggorokan), saluran silindris yang bercincin.
b.      Syrinx (siring), pangkal trakea yang membesar berupa alat suara
c.       Bronkus, percabangan trakea yang pendek masuk pulmo.
d.      Pulmo (paru-paru), jumlahnya sepasang, berwarna merah muda, menempel di dinding belakang rongga dada.
e.       Saccus pneumaticus (kantong udara), kantong tipis yang bermuara pada pulmo.
3.      Sistem pencernaan, terdiri atas:
a.       Cavum oris (rongga mulut), terdiri dari maxilla (rahang atas), mandibula (rahang bawah), dan lingua (lidah).
b.      Esofagus (kerongkongan), saluran silindris yang panjang dibelakang trakea.
c.       Ingluvies (tembolok), saluran melebar di pangkal leher seperti kantung sebagai penyimpanan makanan sementara.
d.      Proventriculus (perut kelenjar), lanjutan dari ingluvies dan berwarna keputihan.
e.       Ventriculus (empedal), berwarna merah tua dan agak keras, di dalamnya terdapat kerikil kecil.
f.       Duodenum (usus 12 jari), saluran melengkung bentuk 'U'.
g.      Intestinum tenue (usus halus), saluran panjang dan berkelok-kelok.
h.      Cecum (sekum), saluran buntu dipertemuan usus halus dan besar.
i.        Intestinum crassum (usus besar), saluran pendek dan kasar.
j.        Rektum, saluran lanjutan usus besar dimana sisa pencernaan berkumpul.
k.      Glandula digestoria (kelenjar pencernaan), terdiri dari hepar (hati) berjumlah 2 lobus dan warnanya merah coklat, dan pankreas terdapat di dekat duodenum.

4.      Sistem urogenital, terdiri atas:
a.       Sistem ekskresi, terdiri dari ren (ginjal), ureter berupa saluran dari ren menuju kloaka.
b.      Sistem genitalia, berdasarkan preparatnya jantan terdiri dari sepasang testis dan vas deferens berupa saluran dari testis menuju kloaka.
























BAB V
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan:
1.            Merpati (Columba domestica) termasuk class Aves dan ordo Columbiformes, tubuhnya terdiri atas caput (kepala), leher (cervix), badan (truncus), ekor (cauda).
2.            Burung merpati (Columba domestica) merupakan hewan berdarah panas dan berkembang biak dengan ovipar atau bertelur.
3.            Mekanisme pernapasan merpati ada dua yaitu pernapasan waktu istirahat dan pernapasan waktu terbang.
4.            Sistem pencernaan pada Columba domestica terdiri dari mulut, oesophagus, empedal, usus halus, usus besar, rectum dan kloaka.
5.            Sistem urinaria pada merpati terdiri atas : ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra
6.            Sistem genitalia jantan pada merpati terdiri atas : testis, epididimis dan ductus deferens.
7.            Bulu pada Columba domestca berdasarkan susunan anatomisnya terdiri atas : Plumae, Plumulae, dan Filoplumae. Berdasarkan letaknya terdiri atas : Remiges, Rectrices, Tectrices, Parapterium, dan Ala spuria. Menurut umurnya terdiri atas : Neoptyle dan Teleoptyle.
8.            Secara morfologi dapat kami simpulkan :
a.       Paruh (maksila atau paruh bagian atas, mandibula atau paruh bagian bawah).
b.      Mata memiliki iris, pupil, kelopak mata dan membrane niktitans ( selaput kejap )
c.       Sayap memiliki alula, bulu sayap primer, sekunder dan tersier.
d.      Lubang telinga berbulu dan terdapat penutup dari bulu.
e.       Ekor , terdapat kelenjar minyak pada ekor, apabila di pijit ada minyakyang keluar.
9.            Selanjutnya kami dapat menyimpulkan struktur bulu ialah :
a.       Bulu sayap (Remiges)
b.      Bulu ekor (Rechices)
c.       Bulu penutup (Tectrices)
d.      Bulu kapas (plumulae) dan Bulu jarum (filoplumae)
e.       Kaki (tarsometatarsus) : mempunyai kulit dengan sisik-sisik tanduk (seperti reptile) jarinya terdapat empat buah dan arahnya 3 kebelakang dan 1 kedepan.
10.           Sedangkan anatomi dalam dapat kami simpulkan dari hasil pembahasan diataspada Burung Merpati ( Columba domestica ), dimulai dari Pengamatan tembolok, proventikulus, ventrikulus atau ampela, paru-paru, jantung, hati, usus halus, pancreas, limfa, usus besar, usus buntu, rectum, ginjal, ureter, ovarium, uterus dan kloaka.

B.     Saran
1.      Saran untuk praktikan yaitu sebagai praktikan hal yang sewajarnya dilakukan adalah menghargai dan menghormati asisten, utamanya masalah kehadira. Praktikan juga harus betul-betul memperhatikan apa yang diberikan oleh asisten pada saat praktikum berlangsung.
2.      Saran untuk asisten yaitu membimbinglah adik-adinya denga semua apa yang dimiliki sehingga nantinya itu menjadi tambahan ilmu yang sangat berguna, bermanfaat bagi praktikan maupun asisten itu sendiri. Wa Marratan Ukhra Syukran Katsiran Ya Akhiy M. Ridwan. 




DAFTAR PUSTAKA

Asisten Praktikum I. 1990. Anatomi Hewan. PS Biologi P MIPA FT UNSRI
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico. Bandung.
Iskandar, J. 1989. Jenis Burung yang Umum di Indonesia. Djambatan : Jakarta
Jasin, M. 1987. Zoologi Vertebrata. Surabaya. Penerbit Sinar Wijaya
Kimball, J, W. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Mukayat, D. 1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta. Erlangga.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta. Erlangga.
Slamet Adeng dan Madang Kodri. 2007. Zoologi Vertebrata. Indralaya
Yahya, Harun. 2009. http://www.harunyahya.com,














LAMPIRAN

A.          Laporan Sementara













































B.     Foto-Foto Praktikum
1.      Morfologi Merpati (Columba livia)
2.    Anatomi Merpati (Columba livia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar