BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Negara Indonesia memiliki
keanekaragaman jenis burung yang tinggi. Jenis-jenis burung telah lama dikenal
oleh masyarakat walaupun tidak semua jenis burung, akan tetapi kecintaan dan
perhatihan masyarakat terhadap jenis burung liar yang sangat begitu kurang.
Begitu juga peneliti-peneliti dan hobi mengamati burung di alam belum dilakukan
di negara kita (Iskandar, 1989).
Indonesia merupakan negara keempat
di dunia yang memiliki keanekaragaman jenis burung setelah Columba dan Peru.
Menurut penelitian jenis-jenis burung di Indonesia ini sangat luar biasa,
terdapat 1531 jenis burung, 381 jenis diantaranya adalah endemik. Sumatra
merupakan salah satu pulau yang sangat kaya dengan jenis burung setelah Irian
Jaya. Di Sumatra terdapat 464 jenis burung, 138 jenis diantaranya juga dijumpai
di kawasan Sunda, 16 jenis burung hanya ditemui di Pulau Jawa dan Sumatra, dan
11 jenis di Kalimantan dan Sumatra. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa
burung memiliki kekayaan jenis yang tinggi. Untuk itu penting bagi kita
mempelajari cara mengamati dan mengidentifikasi burung (Iskandar, 1989).
Burung merupakan salah satu kelas
hewan vertebrata yang memiliki bentuk tubuh yang khas sehingga dengan bentuk
tubuh tersebut kelompok hewan ini terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya
memperbanyak habitat di permukaan bumi. Mengenai jumlah jenisnya di dunia, ada
beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ada 9000 jenis dan ada pula yang
menyatakan sebanyak 8900 jenis, serta juga ada yang menyatakannya sebanyak 8805
jenis yang tersebar pada berbagai tipe habitat, mulai dari pinggir pantai
hingga pegunungan. Bahkan beberapa jenis ada yang mampu berbiak pada ketinggian
6000 m dari permukaan laut. Kelas aves terbagi dalam dua subkelas yaitu
Archeonithes dan Neornithes yang terdiri dari 32 ordo dan 174 famili. Di
Indonesia telah dijumpai sebanyak 1539 jenis, 381 diantaranya merupakan endemik
Indonesia. Sementara di sumatera telah tercatat sebanyak 600 jenis (Tim
Taksonomi Hewan Vertebrata, 2009).
Kata
Aves berasal dari kata Latin yang dipakai sebagai nama kelas, sedang Ornis dari
bahasa Yunani, dipakai dalam “Ornithology” berarti ilmu yang mempelajari
burung-burung. Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal orang karena dapat
dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari dan unik dalam memiliki bulu sebagai
penutup tubuh. Aves juga mampu diternakkan sehingga dapat meningkatkan peluang
usaha bagi masyarakat.
Aves merupakan
satu-satunya kelas dalam kelompok chordata yang cukup unik dengan memiliki bulu
dan berbagai macam tipe kaki. Bulu adalah modifikasi dari sisik yang berkembang
secara evolusioner dari reptilia. Jantung burung terdiri dari empat ruang dan
tergolong hewan berdarah panas. Semua burung menggunakan paruh dan tidak
memiliki gigi. Struktur modifikasi untuk terbang meliputi tulang lengkung,
rangka apendikular depan berubah menjadi sayap, kantung udara, mata yang lebar,
dan cerebellum yang berkembang dengan sangat baik.
Kerabatnya terdekat,
suku Crocodylidae alias keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang
disebut Archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa
lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di
badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar
depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh terbang, dan hanya
membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih
rendah.
Burung masa kini telah
berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan
perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di
sayap, telah tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu
ini juga bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara
tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi
semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat
menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat
perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan
oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Kesemuanya itu
menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan mampu
mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat
ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi
pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa,
padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu, perkotaan, dan
wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan hidup dan makanan
utamanya.
Maka dikenal berbagai
jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah
cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk
menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging,
mengerkah biji buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk
menyaring lumpur, lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang
untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa,
cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk
berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
B.
Tujuan
Adapun tujuan
dari praktiku burung merpati (Columba livia) ini adalah utuk mengetahui
morfologi dan anatomi pada aves.
C.
Waktu
dan Tempat
Hari/tanggal : Senin/19 Agustus 2013
Pukul : 09.00 – 13.00 WITA
Tempat : Rektorat Unsulbar ruangan tujuh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Burung atau aves adalah
salah satu kelompok yang paling banyak dan paling terkenal di dunia. Mereka berdarah
panas seperti mamalia tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan reptil, mereka
berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dulu bernenek
moyang dari fosil burung pertama, yaitu Archaeopteryx (Mac Kinnon, 1991).
Kelas Aves adalah kelas
hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu dan sayap. Tulang
dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk
berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh,
punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak
mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh
ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur. Kelas ini
dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan ternak, hobi dalam
peliharaan. Dalam bidang industri bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju,
hiasan dinding, dan lainnya (Mukayat, 1990).
Anggota kelas aves
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, sehingga hewan
ini mampu bertahan dan berkembang biak pada suatu tempat. Struktur dan
fisiologi burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan yang
efisien. Yang paling utama di antara semuanya adalah sayap. Meskipun sekarang
sayap itu memungkinkan burung untuk terbang jauh mencari makanan yang cocok dan
berlimpah, mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang membantu
hewan ini lolos dari pemangsanya. Adanya burung-burung yang tidak memiliki
sayap yang hidup di Antartika, Selandia Baru dan daerah-daerah lain yang jarang
ada pemangsanya membuktikan hal ini (Kimball, 1983).
Kelas aves memiliki
kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang mendahuluinya dalam hal; 1.
Tubuh mempunyai penutup yang bersifat isolasi, 2. Darah vena dan arteri
terpisah secara sempurna dalam sirkulasi pada jantung, 3. Pengaturan suhu
tubuh, 4. Rata-rata metabolisme aves tinggi, 5. Mempunyai kemampuan untuk
terbang, 6. Suaranya berkembang dengan baik, 7. Menjaga anaknya dengan baik dan
cara khusus (Jasin, 1992).
Struktur dan fisiologi
burung diadaptasikan dalam berbagai cara untuk penerbangan efisien. Yang paling
utama dari semua ini tentu saja adalah sayap. Meskipun sekarang sayap itu bisa
memungkinkan burung untuk terbang jarak jauh untuk mencari makanan yang cocok
dan berlimpah. Mungkin saja sayap itu dahulu timbul sebagai adaptasi yang
membantu mereka meloloskan diri dari pemangsanya (Kimball, 1999).
Adanya bulu pada burung
merupakan karakter spesifik yang menunjukkan jenis burung. Sayap merupakan
adaptasi dari burung yang jelas untuk terbang. Merupakan airfoil yang
menggambarkan prinsip aerodinamika. Sisik pada kaki burung merupakan sisa
evolusi dari reptil. Bulu adalah salah satu adaptasi vertebrata yang paling
luar biasa karena sangat ringan dan kuat. Bulu terbuat dari keratin, protein
yang juga menyusun rambut dan kuku pada mammalia dan sisik pada reptilia.
Pertama kali, burung merupakan hewan yang memiliki sayap sebagai penyekat
selama evolusi hewan endoterm, setelah itu baru dimanfaatkan sebagai peralatan
terbang. Selain itu bulu juga dapat dimanipulasi untuk mengntrol pengerukan
udara di sekitar sayap (Kimball, 1999).
Bulu adalah ciri khas
kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves
ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang
pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari
papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu
melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan
lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu
menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan
penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak
dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses
pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Umumnya burung
mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina
mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya
terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami
pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin.
Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa
berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang
/tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage.
Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat
menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (misalnya merpati)
atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam)
(Anonymous, 2010).
Bulu adalah ciri khas
kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves
ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang
pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari
papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk
ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu
pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan
membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk
bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung
pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada
perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Pada bagian mulut
terdapat bagian yang terproyeksi sebagai
paruh ( Rostrum) yang terbentuk oleh maxila pada ruang bagian atas dan mandibula
pada ruang bagian bawah. Pada bagian luar dari rostrum dilapisi oleh
pembungkus zat tanduk dan pada kelompok
burung Neornithes tidak bergigi. Tubuhnya dibungkus oleh kulit, pada
kulit terdapat bulu yang merupakan hasil derivat epidermis menjadi bentuk yang
ringan, fleksibel, dan sebagai sebagai pembungkus tubuh yang sangat resisten
(Jasin, 1992).
Burung pada umumnya
mempunyai kulit yang tipis, mengandung keratin sedikit sekali. Hubungan dengan
jaringan yang ada disebelahnya tidak erat. Struktur tambahan dari kulit ialah
bulu mengalami penandukan kuat sekali. Bagian bawah kaki dan jari, ditutupi
oleh sisik tanduk yang terdapat pada Archosauria dan ini mengelupas. Paruh juga
mengalami penandukan (Djuhanda, 1983).
Burung berkembang biak
dengan bertelur. Telur burung mirip
telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis
burung seperti burung maleo dan burung
gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir
pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Alih-alih mengerami,
burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas
matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu. persis seperti yang
dilakukan kebanyakan reptil. Akan tetapi kebanyakan burung membuat sarang, dan
menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya itu. Sarang bisa dibuat
secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu atau sekedar kaisan
di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak
mudah terguling. (Anonymous, 2010).
Walaupun kebanyakan
burung mampu terbang, terdapat beberapa spesies yang tidak mapu terbang seperti
burung penguin, unta, rea, emu, kiwi, dan lain-lain. Burung adalah oviparous
atau bertelur, kadang kala kedua pasangan akan bergilir (penguin) dan dalam
setengah spesies burung hanya burung jantan yang akan mengerami telur. Terdapat
juga spesies burung yang bertelur dalam sarang burung burung lain untuk
dieramkan oleh burung lain (Jasin, 1992).
Burung ada pula yang
memiliki cakar tajam untuk mencengkram mangsanya, cakar pemanjat pohon, cakar
penggali tanah dan sarasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar kuat untuk
berlari dan merobek mangsa. Tipe-tipe cakar ini merupakan adaptasi dari pengaruh
habitat dan fungsinya. Burung berkembang biak dengan bertelur. Telur burung
mirip telur reptil, hanya saja cangkangnya lebih keras karena mengandung zat
kapur. Burung kebanyakan mengerami telurnya, tapi ada beberapa jenis burung
yang menimbunnya dalam pasir atau sarasah seperti burung Maleo dan burung
Gasong. Sebagai ganti mengerami telur burung-burung ini mengandalkan panas bumi
dan fermentasi dari sarasah/sampah yang membusuk persis seperti yang dilakukan
kebanykan reptil (Djuhanda, 1983).
Untuk mengidentifikasi
burung, warna merupakan cara identifikasi utama, kemudian dilanjutkan dengan
melihat pola warna bulu-bulu burung tersebut. Pengklasifikasian lebih lanjut
perlu diketahui ukuran, keistimewaannya, ciri-ciri khusus, tingkah laku, cara
terbang, dan tempat burung tersebut ditemukan (Mackinnon et.al, 1998).
Burung merupakan
tentrapoda yang cepat dikenal, karena anggota kelas ini karakter- karakternya
paling homogeny dibanding kelas- kelas lain. Tak ada satupun binatang yang
memiliki bulu, selain golongan Aves. Oleh sebab itu, tak dapat di pungkiri
dengan adanya tubuh yang ditutupi oleh bulu dan memiliki kemampuan terbang,
burung bisa menempati berbagai habitat bahkan melakukan migrasi dari satu
tempat ke tempat yang sangat jauh. Keindahan bulu burung, suaranya yang merdu,
perilaku- perilaku menarik lainnya, bahkan dagingnya yang banyak di konsumsi
merupakan alasan lain golongan burung mudah dikenal dalam kehidupan manusia
(Adeng, 2007).
Burung
berkembang biak dengan bertelur. Telur burung mirip telur reptil, hanya
cangkangnya lebih keras karena berkapur. Beberapa jenis burung seperti burung
maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur
serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas.
Alih-alih mengerami, burung-burung ini membiarkan panas alami dari daun-daun
membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu; persis
seperti yang dilakukan kebanyakan reptile (Harun, 2009).
Akan tetapi kebanyakan
burung membuat sarang, dan menetaskan telurnya dengan mengeraminya di sarangnya
itu. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau
batu; atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga
telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung
yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti jenis-jenis
manyar alias tempua, rangkong, walet, dan namdur. (Harun, 2009).
Anak-anak burung yang
baru menetas umumnya masih lemah, sehingga harus dihangatkan dan disuapi
makanan oleh induknya. Kecuali pada jenis-jenis burung gosong, di mana
anak-anak burung itu hidup mandiri dalam mencari makanan dan perlindungan. Anak
burung gosong bisa segera berlari beberapa waktu setelah menetas, bahkan ada
pula yang sudah mampu terbang (Harun, 2009).
Jenis-jenis burung
umumnya memiliki ritual berpasangan masing-masing. Ritual ini adalah proses
untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan.
Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak dan cenderawasih, jantannya melakukan
semacam tarian untuk memikat si betina. Sementara burung manyar jantan memikat
pasangannya dengan memamerkan sarang setengah jadi yang dibuatnya. Bila si
betina berkenan, sarang itu akan dilanjutkan pembuatannya oleh burung jantan
hingga sempurna; akan tetapi bila betinanya tidak berkenan, sarang itu akan
dibuang atau ditinggalkannya (Jasin, 1992).
Karakteristik Umum Aves
1.
Tubuh tertutup dengan bulu.
2.
Dua pasang anggota gerak, sepasang
anterior umumnya mengalami modifikasi menjadi sayap untuk terbang, sepasang di
posterior diadaptasikan untuk berjalan, bertengger atau berenang. Kaki berjari
empat, tulang kering dan cakar terbungkus sisik dengan kulit yang menanduk.
3.
Ranka ringan, kuat, osifikasi sempuran,
beberapa tulang berfusi menimbulkan kekakuan, mulut dengan paruh yang menonjol
di seliputi zat tanduk, tidak bergigi pada burung yang hidup sekarang,
tengkorak dengan satu “occipital condyle” yang berartikulasi dengan vertebra
leher, leher umunya panjang dan fleksibel, pelvis bersatu pada sejumlah vertebra,
tulang dada membesar umumnya dengan bagian tengah membentuk “keel” (lunas),
vertebra ekor sedikit dan mampat kea rah posterior.
4.
Jantung dengan 4 ruang pompa (2 atrium,
2 ventrikel yang terpisah), hanya ada lengkungan aorta kanan (sisternik), sel
darah merah berinti, oval dan biconvex.
5.
Respirasi dengan paru- paru yang kompak
(tersusun rapat) dan sangat efesien melekat ke tulang rusuk dan berhubungan
dengan kantung- kantung udara yang berdinding tipis tersebar di antara organ-
organ internal dan sebagian didalam rangka, terdapat kotak suara (syrinx)
didasar trakea.
6.
Dua belas pasang saraf kranialis.
7.
Ekresi dengan ginjal metanefros, sampah
nitrogen utama berupa asam urat, urin semisolid, tidak ada kantung kemih
(kecuali pada Rhea dan burung unta), terdapat system porta renalis.
8.
Suhu tubuh pada dasarnya konstan
(endodermis).
9.
Fertilisasi internal hewan betina
umumnya dengan hanya ovarium dan oviduk sebelah kiri, telur dengan banyak yolk
(megalistial/telolisitial ekstrim) ditutupi oleh cangkang yang keras , diinkubasi
diluar tubuh, segmentasi meroblastik, terdapat membrane ekstraembrio (amnion,
khorion, kantung yolk dan allantois) selama perkembangan di dalam telur, hewan
muda yang baru menetas dijaga induknya.
Sitem
Respirasi Aves
Sistem
pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara yang sepenuhnya
berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh
lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai contoh, burung
tertentu bisa memerlukan dua puluh kali jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
manusia. Karenanya, paru-paru hewan menyusui tidak dapat menyediakan oksigen
dalam jumlah yang dibutuhkan burung. Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan
dengan rancangan yang jauh berbeda (Harun, 2009).
Pada hewan
menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran,
dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon
dioksida terjadi di sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah
berlawanan meninggalkan paru-paru dan dilepaskan melalui
tenggorokan.Sebaliknya, pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru
datang pada ujung yang satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui
lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung,
yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi (Harun, 2009).
Sistem
Pencernaan Pada Aves
Organ pencernaan pada
burung terbagi atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung
bervariasi berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Sistem
Urogenital
Alat ekskresi berupa
ren yang relatif besar, bewarna merah coklat, tertutup oleh peritonium
(retroperitonial). Tiap-tiap ren terbagi atas 4 lobi. Dari dataran ren adalah
ventral keluar ureter yang sempit menuju ke cauda dan berakhir pada cloaca.
Daeah yang berasal dari arteri renalis akan disaring secara filtratis. Zat-zat
yang tidak berguna dalam darah terutama berupa ureum akan dibuang dalam proses
filtrasi ini (Jasin,1992).
Pada
hewan jantan terdapat sepasang testis yang bulat berwarna putih, melekat di
sebelah anterior dari ren dengan suatu alat penggantung. Testis di sebelah
kanan lebih kecil dari pada yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur
saluran vasa diferensia sejajar dengan ureter yang berawal dari ren. Pada sebagian
aves, memiliki vesicula seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat
kelenjar dan bagi tempat menampung sementara sperma sebelum dituangkan melalui
pupil yang terletak pada kloaka. Pada hewan betina terdapat sepasang ovari,
hanya yang dekskum mengalami atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari
ovari menjulur oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cronial
dengan bentuk corong. Lubang oviduct disebut ostium abdomanalis. (Jasin, 1992).
Sistem
sirkulasi
Pada aves, proses pengeluaran
darah kotor dan bersih sudah terpisah dengan baik. Jantung terbagi dalam 4
ruang dan efisiensinya memungkinkan perkembangan suhu tubuh yang tetap
(homeotermi). Ini memungkinkan laju metabolisme yang tinggi pada semua suhu
lingkungan (Harun, 2009).
Sebagai sentral adalah
cor, yang terletak di lenea mediana, berbentuk kerucut, diliputi oleh
pembungkus pericardium. Terbagi atas empat ruangan: atrium sinistrum dan atrium
dextrum, yang terpisahkan oleh septum atrium, vetriculum sinistrum dan ventriculum
dextrum yang terpisah oleh septum ventriculum. Pada Aves tidak terdapat lagi
vinus vinoses. Pembuluh darah dibedakan atas pembuluh darah arteriae dan
pembuluh darah venae (Radiopoetro, 1996).
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Aves
Subclassis : Neornithes
Divisio : Carinatae
Ordo : Columbae
Familia : Columbidae
Genus : Columba
Species : Columba livia
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan
1. Merpati/burung
dara (Columba livia)
B.
Alat-Alat
yang Digunakan
1. Papan
seksi (Gabus)
2. Katter
3. Silet
4. Jarum
pentul
5. Pinset
C.
Cara
Kerja
1.
Pengamatan
bentuk luar
1.1. Sebelum
melakukan pengamatan terlebih dahulu hewan
disembeli.
1.2. Hewan
yang telah mati, meletakkan di atas papan seksi dan melakukan pengamatan pada
bagian-bagian tubhnya:
Tubuh burung dapat
dibagi atas bagian-bagian:
1.2.1. Bagian
kepala,disini terdapat:
a) Paruh
dari bahan tanduk
b) Lubang
hidung
c) Mata
dengan bagian-bagian-bagian:
· Kelopak
· Selaput
kejap
· Iris
dan pupil
d) Daun
telinga
1.2.2. Bagian
badan
Hampir
seluruh tubuh tertutup oleh bulu yang bermacam-macam.
Dikenal
3 macam:
a) Plumae:
bentuknya besar terutama pada sayap dan ekor
b) Plumulae:
tangkai bulunya lebih pendek dan kecil daripada plumae tetapi bendera bulunya
lebar.
c) Filoplumae:
tangkainya sangat panjang di ujungnya terdapat bulu-bulu halus, tumbuh hamper
diseluruh tubuh/badan tetapi jarang.
1.2.3. Bagian
anggota gerak
Anggota gerak depan
(sayap) ditutupi bulu, sedang anggota gerak belakang berupa kaki, sehingga
ditutupi bulu, sebagian ditutupi sisik
Amati bagian:
· Paha
· Betis
· Telapak
yang bersatu (pes)
· Jari-jari
(berapa?)
1.2.4
Bagian ekor
Ditutupi kemudi dan
membandingkan dengan bulu sayap. Disini terdapat kelenjar besar, menonjol ke
permukaan kulit, menghasilkan minyak untuk mengurapi bulu.
2.
Pengamatan
rongga mulut
2.1. Membuka
paruh dan melihat ke dalam rongga mulut!
Mencari dan mengamati
bagian-bagian di bawah ini:
2.1.1. Rahang
bawah
2.1.2. Rahang
atas
2.1.3. Lidah,
bagaimana bentuk perlekatannya
2.1.4. Lubang
masuk ke larynk
2.1.5. Lubang
masuk ke saluran Eustachii
2.2. Memasukkan
jari dan meraba permukaan rongga mulut. Basah atau kering (punya kelenjar air
ludah atau tidah).
3.
Pembedahan
unutk melihat alat-alat dalam tubuh
3.1. Meletakkan
hewan pada punggungnya.
3.2. Merentangkan
sayap dan memfiksasi dengan jarum seksi
3.3. Membuat
irisan pada kulit di bagian garis pertengahan perut
3.4. Melanjutkan
irisan ini sampai batas kloaka dan arah kepala sampai batas pangkal leher
(hati-hati jangan sampai melukai tembolok).
3.5. Melepaskan
kulit sampai dibagian sisi
3.6. Memasukkan
pipet minuman ke dalam rongga mulut/trachea dan tiup pelan-pelan. Mengamati
adanya bagian mengembang (apa itu).
3.7. Membuat
guntingan melintang pada kulit sisi depan kloaka selebar 1 cm.
3.8. Dari
guntingan ini buat irisan kea rah dada sampai tulang dada.
3.9. Membelokkan
irisan ke sisi kiri dan kanan mengikuti lengkungan tulang dada kanan serta
tulang dada (carina)
3.10. Irisan
tersebut di atas dilanjutkan dengan memotong tulang rusuk kiri da kanan serta
tulang coracoids.
3.11. Mengangkat
tulang yang besar itu ke arah depan/kepala dengan hati-hati.
3.12. Pada
saat mengangkat tulang dada, memperhatikan kantong-kantong udara yang bening,
yang mungkin terlepas.
3.13. Setelah
tulang dada terlepas dan dinding perut disishkan, akan terlihat alat-alat dalam
sebagai berikut:
3.13.1. Jantung,
dalam pericardium
3.13.2. Hati,
merah coklat (hitung berapa lobus)
3.13.3. Paru-paru,
sebelah sisi jantung, merah muda, sebagian ternatam di sela-sela tulang rusuk
3.13.4. Empedal,
merah tua disamping kiri hati (hepar).
3.13.5. Perut
kelenjar, keputih-putihan lanjutan dari tembolok yang berhubunga langsung dengan epedal.
3.13.6. Usus
dua belas jari (duodenum), melengkung (bentuk U) di antara lengkungan terdapat
pankeras.
3.13.7. Pancreas,
mengamati dengan loupe.
3.13.8. Batang
tenggorok (trachea), saluran yang bercincin.
3.13.9. Kerongkongan
(oeshopagus), saluran di sebelah belakang tenggorokan, pada pangkal leher
melebar membentuk tembolok.
3.13.10.
Tembolok, berhubungan dengan perut
kelenjar.
3.14. Jika
alat-alat tersebut di atas telah ditemukan, membuat gambar secara skematis.
4.
Sistem
peredaran darah
4.1. Menggunting
pericardium dengan ujung gunting.
4.2. Dengan
kapas menyerap cairan pericardium di ujung pinset.
4.3. Dengan
loupe, mengamati bentuk dan bagian-bagian jantung:
4.3.1. Bilik
(kiri dan kanan), warnanya lebih tua.
4.3.2. Serambi
kiri dan serambi kanan, agak pucat warnanya sewaktu-waktu.
4.3.3. Aorta
yang keluar dari bilik kiri dan membelok ke kanan belakang.
4.3.4. Vena
cava, pembuluh balik yang masuk ke atrium kanan.
5.
Sistem
pencernaan
5.1. Menggunting
dan mengangkat jantung
5.2. Mengamati
alat-alat pencernaan mulai dari rongga mulut sampai kloaka. Mencari dan
mengamati kembali alat-alat sebagai berikut:
5.2.1. Lidah,
lembut atau keras?
5.2.2. Pharink,
berupa corong pendek, melanjutkan diri sebagai:
5.2.3. Kerongkongan,
pada pangkal leher melebar menjadi:
5.2.4. Tembolok
5.2.5. Perut
kelenjar
5.2.6. Empedal
5.2.7. Duodenum
(usus dua belas jari)
5.2.8. Pancreas,
salurannya bermuara pada duodenum
5.2.9. Usus
halus
5.2.10. Usus
buntu,, ada dua duah berupa tonjolan kecil pada pertemuan usus halus dengan
usus besar
5.2.11. Usus
besar agak pendek
5.2.12. Hati
(ada berapa lobus?) kemudian timbang
5.3. Melepaskan
alat-alat tersebut di atas denganmemotong kerongkongan di daerah pharink dan
ujung usus besar dekat kloaka.
5.4. Mengatur
kembali kedudukan alat tersebut sehingga mudah di gambar secara sistematis
saluran-saluran yang dilalui makanan dari mulut sampaia kloaka.
5.5. Membelah
tembolok dan empedal unutk mengetahui jenis makanannya dan bentuk makanan dalam
empedal.
6.
Sistem
pernapasan
Sesudah alat-alat
pencernaan diangkat, segera kelihatan alat-alat pernapasan yang terdiri atas:
6.1. Larynk,
yang bermuara di rongga mulut
6.2. Trachea,
saluran pernapasn yang tersusun dari cincin tulang rawan.
6.3. Percabangan
trachea agak membesar, disini akan terdapat:
6.4. Syrinx,
alat suara burung.
6.5. Bronchus,
cabang tenggorork pendek dan langsung masuk ke:
6.6. Paru-paru,
merah muda, menempel pada dinding belakang rongga dada, sebagian tertanam
disela-sela tulang rusuk.
6.7. Kantong
udara, berpa kantong tipis yang berisi udara yang bermuara pada paruparu?.
7.
Sistem
urogenitalia
Terletak di sebelah
punggung alat-alat pencernaan. Mencari dan mengamati alat-alat sebagai berikut:
7.1. Ginjal,
disebelah ujung paru-paru yang ditutupi peritoneum.
7.2. Ureter,
saluran yang keluar dari ginjal menuju kloaka.
7.3. Percabangan
trachea
7.4. Anak
ginjal, dipermukaan ginjal, berwarna kuning.
7.5. Jika
preparat jantan, maka terdapat:
7.5.1. Testis,
sepasang bentuk bulat telur, besarnya tergantung pada masa birahinya.
7.5.2. Vasa
deferensia, saluran sperma, keluar dari testis bermuara bersama ureter pada
kloaka.
7.6. Jika
preparat betina, maka akan terdapat:
7.6.1. Ovarium,
hanya terdapat disebelah kiri. Serupa tandan anggur dengan ovum (telur) sebagai
ukuran.
7.6.2. Oviduct
hanya sstu disebelah kiri, berupa corong, ujung dekat ovarium, kemudian
berkelok.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
1.
Morfologi Merpati
2.
Anatomi Merpati
B.
Pembahasan
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada pengamatan merpati (Columba livia) dapat dilihat dengan jelas morfologi dan anatominya
yaitu sebagai berikut :
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Aves
Subclassis : Neornithes
Divisio : Carinatae
Ordo : Columbae
Familia : Columbidae
Genus : Columba
Species : Columba livia
MORFOLOGI
(Merpati)
1.
Caput
(kepala), ditutupi bulu tipe filoplumae dan plumulae, terdiri dari:
a. Rostrum
(paruh), berukuran pendek, bentuknya lurus dan pipih, bagian atas agak panjang
daripada bagian bawah, dan terbuat dari zat tanduk.
b. Nostril
(lubang hidung), jumlahnya sepasang dan terletak pada bagian atas paruh dekat
pangkal.
c. Organon
visus (mata), jumlahnya sepasang,
berukuran kecil, dan terletak di bagian lateral caput. Dilengkapi palpebra superior (kelopak mata atas), palpebra
inferior (kelopak mata bawah), dan membran nictitans (kelopak mata ketiga).
d. Porus
acusticus extra (lubang telinga luar), jumlahnya sepasang dan terletak di
bagian lateral caput.
2.
Truncus
(badan), ditutupi bulu tipe plumae, plumulae, dan filoplumae, terdiri dari:
a. Cervix
(leher)
b. Thorax
(dada)
c. Abdomen
(perut)
d. Dorsal
(punggung)
e. Kloaka,
lubang saluran ekskresi dan urogenital.
3. Extremitas
(alat gerak), terdiri atas:
a. Extremitas
superior (sayap), jumlahnya sepasang,
cukup lebar dan panjang, ditutupi bulu tipe plumae dan plumulae, terdiri dari
branchium (lengan atas), antibranchium
(lengan bawah), manus (telapak
tangan), dan digiti (jari).
b. Extremitas
inferior (kaki), jumlahnya sepasang, agak pendek, ditutupi bulu tipe plumulae
dan bagian bawah ditutupi squama
(sisik), terdiri dari femur (paha), crus (betis), pes (telapak kaki), digiti
(jari), dan falcula (cakar).
4. Caudal
(ekor), ditutupi bulu tipe plumae atau bulu kemudi, dan terdapat kelenjar
minyak untuk mengurapi bulu.
5. Bulu
a. Plumae:
terdiri atas calamus, umbilicus inferior, umbilicus superior, rachis, dan
vexillum yang terdiri dari barbae, barbulae, dan radioli.
b. Plumulae:
terdiri terdiri atas calamus, umbilicus inferior, umbilicus superior, rachis,
dan vexillum yang terdiri dari barbae dan barbulae
c. Filoplumae:
terdiri atas calamus, umbilicus inferior, umbilicus superior, rachis, dan
barbae
ANATOMI (Merpati)
1.
Sistem sirkulasi, terdiri atas:
a.
Cor (jantung), berada dalam pericardia, beruang 4 yang terdiri
dari atrium dextra (serambi kanan), atrium sinistra (serambi kiri), ventriculum dextra (bilik kanan), dan ventriculum sinistra (bilik kiri).
b.
Pembuluh darah berupa aorta yang keluar dari
ventriculum sinistra, vena cava yang masuk atrium dextra, dan pembuluh lainnya.
2.
Sistem
respirasi, terdiri atas:
a.
Trakea
(tenggorokan), saluran silindris yang bercincin.
b.
Syrinx
(siring), pangkal trakea yang membesar berupa alat suara
c.
Bronkus,
percabangan trakea yang pendek masuk pulmo.
d.
Pulmo
(paru-paru), jumlahnya sepasang, berwarna merah muda, menempel di dinding
belakang rongga dada.
e.
Saccus
pneumaticus (kantong udara), kantong tipis yang bermuara pada pulmo.
3.
Sistem
pencernaan, terdiri atas:
a.
Cavum oris (rongga
mulut), terdiri dari maxilla (rahang atas), mandibula (rahang bawah), dan
lingua (lidah).
b.
Esofagus
(kerongkongan), saluran silindris yang panjang dibelakang trakea.
c.
Ingluvies
(tembolok), saluran melebar di pangkal leher seperti kantung sebagai
penyimpanan makanan sementara.
d.
Proventriculus (perut
kelenjar), lanjutan dari ingluvies dan berwarna keputihan.
e.
Ventriculus
(empedal), berwarna merah tua dan agak keras, di dalamnya terdapat kerikil
kecil.
f.
Duodenum (usus 12
jari), saluran melengkung bentuk 'U'.
g.
Intestinum tenue (usus halus), saluran panjang dan
berkelok-kelok.
h.
Cecum (sekum),
saluran buntu dipertemuan usus halus dan besar.
i.
Intestinum crassum (usus besar), saluran pendek dan
kasar.
j.
Rektum, saluran
lanjutan usus besar dimana sisa pencernaan berkumpul.
k.
Glandula digestoria (kelenjar pencernaan),
terdiri dari hepar (hati) berjumlah 2
lobus dan warnanya merah coklat, dan pankreas terdapat di dekat duodenum.
4.
Sistem
urogenital, terdiri atas:
a.
Sistem ekskresi, terdiri dari ren (ginjal), ureter berupa saluran dari
ren menuju kloaka.
b.
Sistem genitalia, berdasarkan preparatnya
jantan terdiri dari sepasang testis dan vas deferens berupa saluran dari testis
menuju kloaka.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
sebelumnya dapat diambil kesimpulan:
1.
Merpati (Columba domestica) termasuk
class Aves dan ordo Columbiformes, tubuhnya terdiri atas caput (kepala), leher
(cervix), badan (truncus), ekor (cauda).
2.
Burung merpati (Columba domestica) merupakan hewan berdarah panas dan berkembang
biak dengan ovipar atau bertelur.
3.
Mekanisme pernapasan merpati ada dua
yaitu pernapasan waktu istirahat dan pernapasan waktu terbang.
4.
Sistem pencernaan pada Columba domestica
terdiri dari mulut, oesophagus, empedal, usus halus, usus besar, rectum dan
kloaka.
5.
Sistem urinaria pada merpati terdiri
atas : ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra
6.
Sistem genitalia jantan pada merpati
terdiri atas : testis, epididimis dan ductus deferens.
7.
Bulu pada Columba domestca berdasarkan
susunan anatomisnya terdiri atas : Plumae, Plumulae, dan Filoplumae.
Berdasarkan letaknya terdiri atas : Remiges, Rectrices, Tectrices, Parapterium,
dan Ala spuria. Menurut umurnya terdiri atas : Neoptyle dan Teleoptyle.
8.
Secara
morfologi dapat kami simpulkan :
a. Paruh (maksila atau paruh
bagian atas, mandibula atau paruh bagian bawah).
b. Mata memiliki iris, pupil, kelopak
mata dan membrane niktitans ( selaput kejap )
c. Sayap memiliki alula, bulu sayap
primer, sekunder dan tersier.
d. Lubang telinga berbulu dan terdapat
penutup dari bulu.
e. Ekor , terdapat kelenjar minyak pada
ekor, apabila di pijit ada minyakyang keluar.
9.
Selanjutnya
kami dapat menyimpulkan struktur bulu ialah :
a. Bulu sayap (Remiges)
b. Bulu ekor (Rechices)
c. Bulu penutup (Tectrices)
d. Bulu kapas (plumulae) dan Bulu jarum
(filoplumae)
e. Kaki (tarsometatarsus) : mempunyai
kulit dengan sisik-sisik tanduk (seperti reptile) jarinya terdapat empat buah
dan arahnya 3 kebelakang dan 1 kedepan.
10.
Sedangkan
anatomi dalam dapat kami simpulkan dari hasil pembahasan diataspada Burung
Merpati ( Columba domestica ), dimulai dari Pengamatan
tembolok, proventikulus, ventrikulus atau ampela, paru-paru, jantung,
hati, usus halus, pancreas, limfa, usus besar, usus buntu, rectum, ginjal,
ureter, ovarium, uterus dan kloaka.
B.
Saran
1. Saran
untuk praktikan yaitu sebagai praktikan hal yang sewajarnya dilakukan adalah
menghargai dan menghormati asisten, utamanya masalah kehadira. Praktikan juga
harus betul-betul memperhatikan apa yang diberikan oleh asisten pada saat
praktikum berlangsung.
2. Saran
untuk asisten yaitu membimbinglah adik-adinya denga semua apa yang dimiliki
sehingga nantinya itu menjadi tambahan ilmu yang sangat berguna, bermanfaat
bagi praktikan maupun asisten itu sendiri. Wa Marratan Ukhra Syukran Katsiran
Ya Akhiy M. Ridwan.
DAFTAR
PUSTAKA
Asisten Praktikum I. 1990.
Anatomi Hewan. PS Biologi P MIPA FT
UNSRI
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I.
Armico. Bandung.
Iskandar, J. 1989. Jenis Burung yang Umum di Indonesia.
Djambatan : Jakarta
Jasin, M. 1987. Zoologi Vertebrata. Surabaya. Penerbit
Sinar Wijaya
Kimball, J, W. 1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga.
Jakarta.
Kimball, J.W. 1983. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Mukayat, D. 1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta. Erlangga.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta. Erlangga.
Slamet Adeng dan Madang
Kodri. 2007. Zoologi Vertebrata.
Indralaya
LAMPIRAN
A.
Laporan
Sementara
B.
Foto-Foto
Praktikum
1.
Morfologi
Merpati (Columba livia)
2.
Anatomi
Merpati (Columba livia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar